Beberapa
minggu lalu, saya dan teman-teman mahasiswa baru yang lain telah selesai
melaksanakan UTS perdana kami. Tentu hal ini menjadi pengalaman baru. Banyak
hal yang terasa berbeda antara bangku perkuliahan dan bangku sekolah. Mungkin
perbedaan yang sangat jelas adalah tak adanya pengaturan jadwal UTS di UNY.
Berbeda dengan universitas lain seperti UGM dan UIN yang telah menggunakan
sistem jadwal. Apalagi ketika di bangku sekolah, sistem jadwal selalu
digunakan. Saya heran mengapa UNY tidak menggunakan jadwal untuk pelaksanakan
UTS dengan hanya memberi rentang waktu selama dua minggu saja. Memang dalam
pengaturannya akan sedikit rumit tapi bukankah jadwal akan memudahkan mahasiswa
untuk mengatur kegiatan belajar mereka. Teman-teman asrama saya yang kuliah di
UIN, mereka bisa berangkat siang dan pulang lebih awal ketika UTS. Tentu saja
hal ini sangat bermanfaat karena akan mempermudah dalam membagi waktu belajar.
Dibanding kita yang harus kuliah full
seperti hari-hari biasa lalu malam harinya kita harus belajar untuk UTS di esok
hari. Disisi lain dalam UTS kemarin, sempat dua kali terjadi miss communication antara dosen dan
mahasiswa mengenai pelaksanaan UTS. Sebelumnya telah terjadi kesepakatan di
antara kami untuk melaksanakan UTS di minggu kedua. Akan tetapi, tiba-tiba di
minggu pertama saat perkuliahan berlangsung, dosen mengumumkan bahwa hari itu
UTS dilaksanakan. Tentu saja saya dan teman-teman belum menyiapkan apa-apa.
Hal kedua
yang terasa berbeda adalah berlakunya sistem Open Book. Saat UTS di bangku sekolah, jangan harap sistem ini bisa
diperbolehkan. Akan tetapi, saya lebih senang menggunakan sistem Close Book karena pasti bobot soal yang
diberikan akan lebih rendah dari pada Open
Book. Mungkin teman-teman yang lain akan lebih senang dengan sistem Open Book karena kita tak perlu
repot-repot belajar. Akan tetapi menurut saya, percuma saja karena bobot soal ketika
Open Book akan lebih tinggi dan
biasanya materinya secara tersurat tidak akan ditemukan di buku. Jadi kita
harus menyimpulkannya secara tersirat.
Perbedaan
ketiga adalah jarak bangku dalam kelas yang berdempetan. Saya ingat bahwa
ketika UTS di SMA, meja masing-masing anak akan dipisahkan sejauh satu meter
sedangkan sewaktu di SMP, murid kelas 1 akan duduk bersebelahan dengan kelas 2
sehingga masing-masing anak pada tingkatan yang sama akan terhalang anak lain
yang berbeda tingkatan jadi kegiatan contek-mencontek bisa diminimalisir. Saya
bukan anak yang suka mencontek maupun diconteki karena pengalaman buruk sewaktu
UN SD yang pernah saya alami. Saat itu saya memberi contekan kepada teman saya
dan sewaktu pengumuman justru saya mendapatkan nilai lebih rendah dari teman
saya itu. Sejak saat itu, saya tidak suka mencontek ketika ujian hingga saya
SMA. Namun semasa UTS kemarin, bodohnya saya karena saya sempat berpikir kalau
mencontek terkadang juga diperlukan. Seperti sewaktu UTS Akuntansi
dilaksanakan, UTS Akuntansi seharusnya dilaksanakan pada minggu kedua akan
tetapi tiba-tiba dilaksanakan pada minggu pertama. Saya belum ada persiapan
sama sekali dan dengan basic IPA yang
saya miliki, saya masih dalam tahap mempelajari akuntansi secara dasar. Dan
ketika dihadapkan dengan kondisi seperti itu, bodohnya saya yang tak percaya
dengan kemampuan saya sendiri. Melihat teman-teman lain yang mulai saling
berdiskusi. Saya pun melakukan demikian. Saya merasa menjadi orang yang
munafik.
Saya merasa
mengkhianati diri saya sendiri di UTS perdana ini. Beberapa mata kuliah tidak
saya kerjakan dengan hasil pemikiran saya sendiri. Saya seperti bukan saya yang
dahulu. Dulu semasa sekolah, sesusah apapun soal ulangan yang saya hadapi maka
insyaAllah saya mengerjakan murni dengan kemampuan saya. Saya pikir percuma
ketika saya mendapat nilai bagus akan tetapi dari hasil mencontek dan akan
lebih baik mendapatkan nilai standar tapi menggunakan otak kita sendiri. Saya
merasa seperti terjadi kemunduran pada diri saya. Saya menyesal melakukan hal
itu dan insyaAllah saya berkomitmen untuk tidak melakukannya lagi ketika ujian.
Amin!
Saya berharap
bisa mendapat nilai yang bagus di UTS kemarin walaupun proses yang saya jalani
sungguh mengecewakan. Saya berharap bisa mengambil pelajaran dari UTS perdana
ini dan semua sisi buruknya bisa saya hilangkan untuk tidak saya lakukan di UAS
yang akan datang. Amin! Fighting!
Tidak ada komentar :
Posting Komentar